Print this page

Al-Quran dan Upaya Meminimalisir Peredaran Hoax

05 Juni 2017

Al-Quran dan Upaya Meminimalisir Peredaran Hoax

 Luthfi Maulana

Alumni IAT Pekalongan

Pendahuluan

Pesatnya media massa yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi, telah  menimbulkan kebebasan manusia untuk berpendapat dan menyalurkan berita di media sosial (Koloay,  2016: 20).

Namun, penyebaran berita yang disampaikan biasanya cenderung pada fitnah dan kepentingan pribadi maupun politik, dengan tujuan membentuk opini publik agar mudah untuk di pecah belah (Budiman, 2017: 17). Menurut lembaga survey, hoax telah tersebar di situs web 34,9 persen, televisi 8,7 persen, media cetak 5 persen, email 3,1 persen dan radio 1,2 persen (liputan6.com). adanya hal itu, disebabkan karena tingkat literasi masyarakat yang masih rendah. Bagi generasi milenial yang tidak asing mempergunakan gadget, tetapi di saat yang sama tidak diimbangi dengan kesiapan literasi media kritis untuk memilih dan menyikapi berita-berita yang objektif, risiko terjerumus dalam provokasi dan informasi hoax tentu lebih besar. Oleh sebab itu, al-Quran perlu didialogkan kembali al-Quran sebagai pedoman umat Islam guna menanggulangi fenomena hoax seperti ini, untuk mengubah situasi masyarakat menjadi lebih baik (Rasmussen, 2010: 74). Karena al-Quran merupakan solusi dalam kehidupan umat manusia (Esack, 2002: 16). Sehingga publik dapat melaksanakan kehidupan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh al-Quran (Ahmad Rafiq, 2004: 3-4).

Hoax Sebagai Upaya Pembodohan dan Penyesatan Publik

Saat ini, berita dan informasi hoax semakin merajalela di masyarakat. Berita hoax yang diproduksi, disirkulasikan dan kemudian diresirkulasikan melalui teknologi dan media yang konvergen dengan penyebarannya yang masif. Hoax dalam bentuk verb (kata kerja) berarti deceive somebody with a hoax (memperdaya banyak orang dengan sebuah berita bohong) (Oxford University,  2011: 211). Munculnya berita bohong (hoax) sendiri tak lepas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah membebaskan masyarakat dalam menerima informasi maupun kabar berita. Kebebasan mengeluarkan berita inilah yang menyebabkan merebaknya kasus hoax di Indonesia. Bahkan kecepatan media sosial dalam menyebarkan berita-berita hoax telah berhasil membentuk opini publik yang diyakini pemberitaanya (Holmes, 2012: 103). Hal ini karena media sosial memungkinkan menciptakan teknik komunikasi ubiquitously yang dapat diakses dan terukur, sehingga media sosial secara substansial mengubah cara komunikasi antara organisasi, masyarakat, dan individu (Kietzmann, 2011: 241). Dalam kepentingan politik, berita hoax sering dijadikan bahan untuk saling menyerang, menuduh yang ditujukan kepada agama, (Benedictus A., 2016:  65) dan menciptakan  opini provokatif (Tempo, 2016), untuk membentuk opini publik dalam kepanikan, fitnah dan adu domba, sehingga imbasnya masyarakat akan terjerumus dalam kesesatan pengetahuan dan pembodohan.

Hoax dan Al-Quran: Upaya al-Quran Menyikapi Hoax

Istilah hoax dalam al-Quran bisa diidentifikasi dari pengertian kata (الإفك) berarti keterbalikan (seperti gempa yang membalikan negeri), yang dimaksud disini ialah sebuah kebohongan besar, karena kebohongan adalah pemutar balikan fakta. Sedangkan munculnya hoax (sebuah kebohongan) disebabkan oleh orang-orang pembangkang (Shihab, M. Quraish, 2009: 296). Dalam al-Quran, hoax dikisahlan dalam sebuah riwayat yang menfitnah dan menyudutkannya berselingkuh, dengan tuduhan itu, Aisyah ra mengadu kepada Allah akan tuduhan-tuduhan terhadapnya hingga turunlah QS. An-Nur 24: 11 yang menjawab kegelisahan dan ujian Aisyah ra untuk diberi kebebasan (Katsir, Ismail Ibnu, t.t.: 276-277).

إِنَّ الَّذِينَ جَآءُوا بِاْلإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ لاَتَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّااكْتَسَبَ مِنَ اْلإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ .

“Sesunnguhnya orang-orang yang membawa berita bohong adalah golongan kamu, Janganlah kamu menganggapnya buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu, tiap-tiap orang dari mereka memperoleh apa yang dia kerjakan dari dosa itu, dan siapa yang mengambil bagian yang terbesar di dalamnya diantara mereka, bagian azab yang besar” (QS. An-Nur 24: 11).

Melalui ayat ini Allah mengecam kepada semua orang pada waktu itu yang telah menfitnah dan menyebar hoax Aisyah (Shihab, M. Quraish, 2009: 294), sehingga melalui ayat ini jelas bahwa pelaku dan penyebar luas hoax sangat mendepatkan kecaman dari Allah SWT, melalui kecaman ayatg ini, sudah seharusnya umat Islam menyadari dan meneladani peristiwa dan himbau al-Quran atas hal itu, Sehingga dalam menyikapi berita hoax, masyarakat tidak serta merta menerima berita tersebut tetapi masyarakat mengikuti petunjuk Allah untuk terlebih dahulu mengonfirmasi dan mengklarifikasi kebenarannya, memastikan terlebih dahulu akurasi konten yang akan dibagikan, memastikan manfaatnya, baru kemudian menyebarkannya (Departemen Agama RI, 2008: 403). Lebih-lebih al-Quran memberikan cara yang baik, seperti mengajarkan Qaulan syadida, mengajak umat manusia untuk jujur dan tidak bohong. Sebagaimana al-Quran menyuruh kita untuk selalu berkata benar. Kejujuran melahirkan kekuatan, sementara kebohongan mendatangkan kelemahan (As-Syafi’i, t.th: 208). al-Quran juga menegaskan keharusan untuk menyampaikan kebenaran, sebagaimana dalam al-Quran surat al-Ahzab ayat 70-71:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan sampaikanlah perkataan yang benar. Allah akan memperbaiki bagi amalan-amalanmu dan mengampuni bagi dosa-dosamu. Dan barangsiapa yang mematuhi Allah dan Rasul-Nya maka ia akan memperoleh sukses yang besar.” (QS. Al-Ahzab : 70-71).

Umat manusia di tuntut menjadikan kebenaran sebagai visi kehidupan yang ideal (Nasution, 1995: 87). Islam mengajak masyarakat Muslim untuk menyampaikan kebenaran (Mahfuz, 1958: 69-70), karena pada dasarnya, Islam adalah agama yang mengajarkan manusia agar keluar dari kegelapan menuju cahaya keimanan yang terang benderang, memberikan pedoman dan petunjuk kepada jalan yang lurus (menginformasikan berita dengan benar). Islam juga dipahami sebagai agama risalah, yang oleh pembawaannya (Nabi Muhammad) harus disampaikan kepada umat manusia sampai pada masa akhir hayatnya (Mahfuz, 1958: 27).

Keharusan untuk menyampaikan kebenaran (qaulan syadida) merupakan kewajiban bagi umat Islam, baik secara pribadi maupun kelompok/organisasi (Zahrah, t.th: 33-34). Umat Islam diharapkan dapat menyampaikan berita dengan baik dan benar (Nuh, , 1991: 29), sebagai wujud keimanan dan ketaatan kepada agama (Ahmad, , 1984: 7), sebagaimana yang dicita-citakan Islam (Mahna, , 1982: 49). Dengan demikian, Islam mengajarkan agar dalam menyampaikan sebuah berita hendaknya disampaikan dengan sesuai petunjuk dan jalan yang benar (Al-Raziy, 1994: 647), melalui ayat tersebut, Allah memberikan pedoman bagi masyarakat Muslim agar berhati-hati dalam menerima berita terutama berita hoax yang bersumber dari agen-agen pembawa berita hoax.

We use cookies to improve our website. Cookies used for the essential operation of this site have already been set. For more information visit our Cookie policy. I accept cookies from this site. Agree